Jumat, 12 April 2013
DO'A
Dimalam yang sunyi
kunyalakan lilin dengan korek api
saat bumi seperti tanpa penghuni
tak ada suara yang mengiringi
Aku duduk dalam perlindunganmu
untuk memohon ampunan darimu
Berikanlah petunjukmu
Agar aku selalu di jalanmu
Kamis, 07 Februari 2013
Resep Masakan Kangkung, Ala LIA
Nampaknya di indonesia sayur kangkung sangat populer dan digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan karena harganya yang cukup murah. kangkung biasanya tumbuh didaerah berawa, di kali dan tak jarang kangkung yang sengaja ditanam oleh para petani sayur dengan berbagai jenis kangkung. Berikut ini saya akan memberikan beberapa resep masakan kangkung yang sederhana dan mudah untuk dicoba.
OSENG KANGKUNG BUMBU IRIS
Bahan :
- seikat kangkung segar
- 1 siung bawang putih
- 2 buah bawang merah ukuran besar
- 10 biji cabe merah/ sesuai selera
- garam
- masako/royco
- 4 sendok minyak goreng untuk menumis
cara membuat:
- iris kangkung,bawang putih, bawang merah dan cabai
- panaskan minyak goreng
- masukan irisan bawang merah dan bawang putih,tunggu hingga agak menguning kemudian masukan irisan cabe dan aduk dalam beberapa detik kemudian masukan kangkung.
- jika sudah setengah matang masukan garam dan masako. tunggu beberapa menit dan angkat.
- siap disajikan.
KANGKUNG SAMBAL TOMAT
Bahan :
- 1 ikat kangkung. petik kangkung dg panjang 5 cm
- air secukupnya untuk merebus
- 1/2 siung bawang putih
- 1 buah bawang merah
- 2 buah tomat
- cabe merah sesuai selera
- gula seujung sendok
- garam secukupnya
- minyak
- masako
cara membuat
- rebus air hingga mendidih
- masukan kangkung, rebus hingga matang
- angkat lalu tiriskan
sambal
- haluskan cabe merah,bawang merah,bawang putih dan tomat, beri sedikit garam
- panaskan minyak dan masukan bahan yang telah dihaluskan serta masukan sedikit gula dan masako, aduk hingga rata. angkat
cara penyajian
- masukan kangkung yang sudah di tiriskan dan sambal pada tempat yang berbeda.
- siapkan nasi didalam piring,taruh kangkung dan masukan sambal diatasnya.. daaaan siap untuk disantap.
SELAMAT MENCOBA !!
Jumat, 15 Juni 2012
PENDEKATAN PENILAIAN
Tujuan
dan Kegunaan Penilaian Pendidikan
Tujuan dan kegunaan penilaian pendidikan
termasuk perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan baik
yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan. Menurut Thorndike dan
Hagen (1977) tujuan dan kegunaan penilaian pendidikan dapat diarahkan kepada
keputusan-keputusan yang menyangkut (1) pengajaran (2) hasil belajar (3)
Diagnosis dan usaha perbaikan (4) penempatan (5) seleksi (6) bimbingan dan
konseling, (7) kurikulum, dan (8) penilaian kelembagaan.
1.
Keputusan dalam Bidang Pengajaran
Salah satu
peranan penting usaha pengukuran dan penilaian ialah untuk mengarahkan
pengambilan keputusan yang berkenaan dengan apa yang harus dipelajari dan
dipraktekkan oleh para mahasiswa secara perorangan, kelompok-kelompok kecil,
ataupun keseluruhan kelas. Untuk keperluan ini maka pengukuran dan penilaian
harus mampu mengindentifikasikan kompetensi-kompetensi mana yang sudah ada dan
belum ada pada mahasiswa, yang selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk
menetapkan isi pengajaran yang berikutnya
2.
Keputusan Tentang Hasil Belajar
Tenaga
pengajar mempunyai tanggung jawab untuk menyampaikan hasil belajar yang dicapai
oleh mahasiswa yang telah belajar itu, dan bahkan jika diperlukan
juga perlu memberikan laporan kepada orang tua atau wali mahasiswa tentang
hasil belajar mahasiswa itu. Pemberitahuan dan laporan hasil belajar ini
diinginkan meliputi aspek-aspek yang luas antara lain pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan yang cukup mewakili tujuan-tujuan pengajaran atau perkuliahan yang
diprogramkan oleh perguruan tinggi.
3. Keputusan dalam
Rangka Diagnosis
Tes diagnotik
diselenggarakan untuk mengetahui dalam bidang mana mahasiswa telah atau belum
mengusai kompetensi tertentu, atau dengan kata lain, tes diagnostik berusaha
mengungkapkan kekuatan atau kelemahan dalam bidang yang diujikan.
4. Keputusan Berkenaan
dengan Penempatan
Pengajaran ataupun
pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa tersebut tidak diberikan secara sama
rata kepada semua mahasiswa. Mahasiswa yang satu barangkali memerlukan
pengajaran ataupun pelayanan yang lebih banyak dari pada mahasiswa yang lain.
Keperluan mahasiswa tidak sama ini sering mendorong pengajar untuk mengadakan
pengelompokkan setara (homogeneous prouping). Kelompok-kelompok setara yang
masing-masing memiliki taraf kemampuan yang berbeda-beda itu kemudian diberi
pengajaran yang sesuai dengan taraf kemampuan masing-masing kelompok.
5. Keputusan Berkenaan
dengan Seleksi
Seleksi biasanya
dihubungkan dengan jumlah tempat yang tersedia dalam kaitannya dengan jumlah
calon yang mendaftarkan untuk mengisi tempat itu, sedangkan secara ideal
seleksi dihubungkan dengan mutu lulusan yang diambil biasanya didasarkan atas
batas lulus.
6. Keputusan Berkenaan
dengan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling ialah agar mampu mengenali dan menerima diri sendiri,
serta atas dasar pengenalan dan penerimaan diri ini mahasiswa mampu mengambil
keputusan untuk diri sendiri, mengarahkan dan mewujudkan diri sendiri sesuai
dengan bakat, kemampuan dan kemungkinan-kemungkinan yang ada pada dirinya
sendiri dan lingkungannya.
7. Keputusan Berkenaan
dengan Kurikulum
Program pendidikan yang
komprehensif dan luwes (fleksibel) isi kurikulum dan rancangan
pengajaran-pengajaran beserta berbagai sarana penunjangnya tidaklah tunggal,
melainkan tersedia beberpa (atau bahkan berbagai) kemungkinan, perubahan dalam
penekanan isi kurikulum, dalam prosedur dan sarana pengajran dimungkinkan.
8. Keputusan Berkenaan
dengan Penelitian Kelembagaan
Ada lembaga pendidikan
yang menyebabkan siswa-siswinya telah banyak yang putus sekolah atau yang baru
menamatkan siswa-siswa itu menjalani masa belajar jauh melampaui batas masa
belajar yang normal. Ada lagi lembaga pendidikan yang hanya mampu menghasilkan
para lulusan yang (dilihat dari hasil belajar mereka) berprestasi sekitar
rata–rata saja. Hal ini semua dapat diketahui penelaahan hasil pengukuran dan
pendidikan.
Pengaturan pengukuran dan penilaian
Pengukuran ialah suatu usaha untuk mengetahui
keadaan sesuatu sebagaimana adanya. Pengukuran dapat berupa pengumpulan data
tentang sesuatu. Misalnya, usaha untuk mengetahui dalamnya sebuah sumur disebut
pengukuran kedalaman sumur itu. Demikian juga usaha mengetahui banyaknya kata
kerja yang dikuasai oleh anak dan sebagainya.
Hasil pengukuran dapat berupa angka
uraian tentang kenyataan yang menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan
eksistensi keadaan yang diukur itu. Namun demikian, hasil pengukuran itu
sendiri belum dapat mengatakan apa- apa kalau hasil tersebut tidak ditafsirkan
dengan jalan membandingkan dengan suatu patokan atau kriteria. Apakah artinya
dalam sumur 2 meter. Setelah dibandingkan, ternyata sumur itu amat dangkal
mengingat pada umumnya sumur – sumur dikampung saya dalamnya 5 – 6 meter.
Untuk
dapat melakukan pengukuran diperlukan alat dan prosedur. Dalam bidang
pendidikan usaha pengukuran biasanya melalui penyelenggaraan tes atau ujian.
Alat – alat lain seperti daftar cek, skala ukuran, dan lain – lain, dapat juga
dipakai untuk mengukur aspek – aspek yang sukar dengan mempergunakan tes atau
ujian, ddan usaha penilaian ini dapat dilakukan dengan mempergunakan patokan –
patokan pembanding yang berbeda – beda.
Pendekatan dalam Penilaian
Pendekatan penilaian yang membandingkan hasil
pengukuran seseorang dengan hasil pengukuran yang diperoleh orang – orang lain
dalam kelompoknya, dinamakan Penilaian Acuan Norma (Norm – Refeereced
Evaluation). Dan pendekatan penilaian yang menbanding hasil pengukuran
seseorang dengan patokan “batas lulus” yang telah ditetapkan, dinamakan
penilaian Acuan Patokan (Criterian – refenced Evaluation).
1. Penilaian Acuan
Norma (PAN)
PAN
ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar mahasiswa terhadap hasil dalam
kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan “apa
adanya” dalam arti, bahwa patokan pembanding semat–mata diambil dari
kenyataan–kenyataan yang diperoleh pada saat pengukuran/penilaian itu
berlangsung, yaitu hasil belajar mahasiswa yang diukur itu beserta
pengolahannya, penilaian ataupun patokan yang terletak diluar hasil–hasil
pengukuran kelompok manusia.
PAN pada dasarnya
mempergunakan kurve normal dan hasil–hasil perhitungannya sebagai dasar
penilaiannya. Kurve ini dibentuk dengan mengikut sertakan semua angka hasil
pengukuran yang diperoleh. Dua kenyataan yang ada didalam “kurve Normal”yang
dipakai untuk membandingkan atau menafsirkan angka yang diperoleh masing –
masing mahasiswa ialah angka rata- rata (mean) dan angka simpanan baku
(standard deviation), patokan ini bersifat relatif dapat bergeser ke atas atau
kebawah sesuai dengan besarnya dua kenyataan yang diperoleh didalam kurve itu.
Dengan kata ain, patokan itu dapat berubah–ubah dari “kurve normal” yang satu
ke “kurve normal” yang lain. Jika hasil ujian mahasiswa dalam satu kelompok
pada umumnya lebih baik dan menghasilkan angka rata-rata yang lebih tinggi,
maka patokan menjadi bergeser ke atas (dinaikkan). Sebaliknya jika hasil ujian
kelompok itu pada umumnya merosot, patokannya bergeser kebawah (diturunkan).
Dengan demikian, angka yang sama pada dua kurve yang berbeda akan mempunyai
arti berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan melalui bangunan dua
kurve yang berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai yang sama
dihasilkan melalui bangunan dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti umum
yang berbeda pula.
2. Penilaian Acuan
Patokan (PAP)
PAP
pada dasarnya berarti penilain yang membandingkan hasil belajar mahasiswa
terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian ini
menunjukkan bahwa sebelum usaha penilaian dilakukan terlebih dahulu harus
ditetapkan patokan yang akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil
pengukuran agar hasil itu mempunyai arti tertentu.dengan demikian patokan ini
tidak dicari- cari di tempat lain dan pula tidak dicari dalam sekelompok hasil
pengukuran sebagaimana dilakukan pada PAN.
Patokan
yang telah disepakati terlebih dahulu itu biasanya disebut “Tingkat Penguasaan
Minimum”. Mahasiswa yang dapat mencapai atau bahkan melampai batas ini dinilai
“lulus” dan belum mencapainya nilai “tidak lulus” mereka yang lulus ini
diperkenankan menempuh pelajar yang lebih tinggi, sedangkan yang belum lulus
diminta memantapkan lagi kegiatan belajarnya sehingga mencapai “batas lulus”
itu.
Patokan
yang dipakai untuk kelompok mahasiswa yang mana sama ini pengertian yang sama.
Dengan patokan yang sama ini pengertian yang sama untuk hasil pengukuran yang
diperoleh dari waktu ke waktu oleh kelompok yang sama ataupun berbeda-beda
dapat dipertahankan.
Yang
menjadi hambatan dalam penggunaan PAP adalah sukarnya menetapkan patokan yang
benar-benar tuntas.
3. Penggunaan PAN dan
PAP
Pendekatan
PAN dapat dipakai untuk semua matakuliah, dari matakuliah yang paling teoritis
(penuh dengan materi kognitif) sampai ke matakuliah yang praktis (penuh dengan
materi ketrampilan). Angka-angka hasil pengukuran yang menyatakan penguasaan
kompetensi-kompetensi kognitif, ketrampilan, dan bahkan sikap yang dimiliki
atau dicapai oleh sekelompok mahasiswa sebagai hasil dari suatu pengajaran,
dapat di kurvekan. Dalam pelaksanaannya dapat ditempuh prosedur yang sederhana.
Setelah pengajaran diselenggarakan, kelompok mahasiswa yang menerima pengajaran
tersebut menjawab soal-soal atau melaksanakan tugas-tugas tertentu yang
dimaksudkan sebagai ujian. Hasil ujian ini diperiksa dan angka tersebut disusun
dalam bentuk kurve. Kurve dan segala hasil perhitungan yang menyertai (terutama
angka rata-rata dan simpangan bakul) dapat segera dipakai dalam PAN.
Pendekatan
PAP tidak berorientasi pada “apa adanya” pendektan ini tidak semata-mata
mempergunakan angka rata-rata yang dihasilkan oleh kelompok yang diuji,
melainkan telah terlebih dahulu menetapkan kriteria keberhasilan, yaitu “batas
lulus” penguasaan bahan pelajaran, dan dalam proses pengajaran. Tenaga pengajar
tidak begitu saja membiarkan mahasiswa menjalani sendiri proses belajarnya,
melainkan terus menerus secara langsung ataupun tidak langsung merangsang dan
memeriksa kemajuan belajar mahasiswa serta membantunya melewati tahap-tahap
secara berhasil. Proses pengajaran yang menjadi kegiatan PAP dikenal adanya
ujian pembinaan (formative test) dan ujian akhir (summative test). Ujian
pembinaan dilaksanakan pada tahap tersebut. Usaha ini akan mencegah mahasiswa
dari keadaan terlanjur tidak menguasai dengan baik bahan kompetensi dari tahap
yang satu ke tahap berikutnya seperti dituntut oleh TKP. Hasil ujian pembinaan
ini dipakai sebagai petunjuk (indikator) apakah mahasiswa tertentu memerlukan
bantuan dalam menjalankan proses belajarnya atau tidak.
Ujian
akhir dilaksanakan pada akhir proses pengajaran. Ujian ini meliputi semua bahan
yang diajarkan dalam keseluruhan proses pengajaran dengan tujuan menguji apakah
mahasiswa telah menguasai seluruh bahan yang diajarkan itu dengan baik. Ujian
akhir ini didasarkan sepenuhnya pada TKP.
Jika
ujian pembinaan benar-benar diselenggarakan dan hasil-hasilnya dipakai untuk
membantu mahasiswa yang memerlukan, maka PAP menekankan bukan hanya pada segi
mutu hasil belajar mahasiswa tetapi juga pada segi mutu hasil belajar mahasiswa
tetapi juga pada segi banyaknya mahasiswa yang berhasil. Sebanyak mungkin
mahasiswa dirangsang dan dibantu untuk mencapai penguasaan kompetensi yang
tinggi.
Implikasi pendekatan Penilaian yang Dipakai
Pendekatan penilaian yang dipakai menimbulkan berbagai implikasi:
1. Program pengajaran dan penilaian dalam pendekatan kompetensi
menuntut pelaksanaan pengajaran yang terencana, terarah, dinamis dan
membimbing.
2. Pengajar perlu memiliki kemantapan keterampilan dalam menyusun
program pengajaran dan sekaligus program penilaiannya yang berorientasikan pada
kompetensi.
3. Baik pengajar maupun mahasiswa memerlukan sumber-sumber dan
sarana belajar-mengajar yang cukup.
4. Dalam program penilaian terbuka mahasiswa perlu mengetahui
program penilaian, kriteria keberhasilan dan hasil-hasil penilaian.
5. Kegiatan mengajar tidak semata-mata dimuka kelas, sesuai dengan
ketentuan sistem kredit semester, kegiatan kuliah dengan harga 1 sks mencakup
beban pengajaran untuk penyelenggaraaan tiga jenis kegiatan setiap Minggu
yaitu:
60 menit
untuk pengembangan bahan pelajaran.
50 menit
untuk kegiatan tatap muka dengan mahasiswa.
60 menit
untuk usaha penilaian dan kegiatan perencanaan lanjutan.
Dalam 60
menit terakhir itu pengajar dituntut untuk menyediakan diri bagi pertemuan
dengan mahasiswa baik secara perseorangan maupun dalam kelompok, untuk membahas
hal-hal khusus berkenaan dengan kemajuan dan masalah-masalah pelajaran yang
dihadapi.
6. Mahasiswa dituntut untuk belajar secara dinamis.
7. Program penilaian yang terarah dan
terencana menuntut sistem palporan yang lengkap dan rapi, baik untuk keperluan
mahasiswa sendiri dan keperluan pengajar, maupun untuk keperluan fakultas dan
perguruan tinggi.
8.
Pengajar memerlukan berbagai sarana administrasi untuk penyusunan dan
pelaksanaan program pengajaran dan penilaian.
9.
Program pengajaran dan penilaian perlu dicatat dan hasil-hasilnya disimpan
secara baik.
10.
Karena program pengajaran dan penilaian ini bersifat menyeluruh dan relatif
menuntut lebih banyak waktu dan keterlibatan pengajar, perlu dipikirkan variasi
jenis matakuliah yang dipegang oleh setiap tenaga pengajar beserta
konsekuensinya.
SKRIP WAWANCARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONSELING
konseli : “Assalamualaikum…..”
Konselor : “wa’alaikum salam, mari silahkan
“ ( berjabatan tangan, lalu dengan ramah menyilahkan duduk ,selanjutnya
konselor duduk berhadapan dengan konseli tersebut ).
Konselor : “saya sangat senang berjumpa anda” ..dengan nada ramah,senyum, kontak mata
dan badan agak membungkuk kea rah klien (
attending ). “ tampaknya seperti ada sesuatu yang penting sehingga anda
menemui saya “ ( refleksi perasaan ).
Konseli :” ya…bu ..karena akhir- akhir
ini saya dilanda rasa cemas dan juga bingung, entah apa yang harus saya
lakukan” (terlihat galau).
Konselor : diam sejenak, sambil mengamati
perilaku nonverbal klien, lalu berkata : “ saya memahami perasaan anda, tetapi
apakah perasaan cemas dan bingung yang
anda alami mungkin bisa dibicarakan bersama?” (probing)
Konseli ;” tentu saja bisa bu’..tetapi
apakah ibu bisa menjaga rahasia tentang apa yang saya katakana nanti”?.
Konselor :”ya, pasti saya akan menjaga
rahasia anda, karena kerahasiaa adalah salah satu azas yang harus saya patuhi
dalam proses konseling ini”. Kalau begitu saya ingin mendengarkan tentang
sejauh mana perasaan cemas dan bingung yang membuat anda terganggu?” (clarification)
Konseli : “ begini bu’..saya sedang
menjalin hubungan dengan seorang pria yang profesinya sebagai guru dan saya
sangat mencintainya. Namun, pria tersebut sudah memiliki istri dan juga anak
yang sementara kuliah.
Konselor :” sejak kapan hal itu terjadi?”. (checking out)
Konseli :”sejak 4 tahun yang lalu bu’…
Konselor : “ apakah anda tahu bahwa pria
tersebut telah berkeluarga sejak awal anda menjalin hubungan?”(clarification)
Konseli : “ya… saya sudah mengetahui
sebelumnya.. tetapi pria itu juga memberikan perhatian lebih dan mencintai saya
karena istrinya sudah sakit-sakitan”.
Konselor : “berarti intinya adalah anda
mencintai pria dan anda tidak peduli dengan status pria tersebut?( pharaprase). Lalu apakah dengan hubungan
yang cukup lama ini anda akan memutuskan untuk menikah dengannya?” (interpretation)
Konseli : “ya,pada awalnya saya tidak
peduli dengan statusnya.namun, ketika dia mengajak saya menikah saya jadi
bingung..padahal saya sangat mencintainya.tetapi, bagaimanapun saya harus
menikah dengannya karena hubungan kami sudah cukup lama”.
Konselor : “ apakah anda sudah memprediksi
apa konsekuensi yang akan anda dapat ketika anda menikah?”. Lalu bagaimana
perasaan anda jika anda diposisi istri pria tersebut? (checking out)
Konseli :” yang pasti saya sudah
menyakiti istrinya dan masyarakat mencemooh saya. Jika saya yang menjadi wanita
tersebut saya tidak akan terima jika suami saya berselingkuh,apalagi sampai
menikah. Saya benci jika saya diselingkuhi..
Konselor : “ anda mengatakan bahwa anda
benci dengan pria yang berselingkuh.tetapi anda ingin tetap menikah dengan pria
tersebut..apakah ini sesuai dengan kata hati anda?” (confrontation)
Konseli : “tetapi saat ini saya bukanlah
sebagai seorang istri yang sakit-sakitan. Saya masih cantik , sehat dan saya
yakin bisa melayani pria tersebut dengan baik setelah menikah nanti.”
Konselor :”manusia itu tidak selamanya
cantik dan juga sehat akan ada waktunya hal itu memudar”. ( information giving).apalagi pria tersebut ingin meninggalkan
istrinya karena sakit-sakitan.apakah anda yakin pria itu akan tetap setia
dengan anda nantinya?
Konseli : “ jika saya berpikir seperti
itu, pasti saya akan ragu dengan kesetiannya pada saya. Tapi kalau saya pikir
secara rasional pria itu adalah pembohong,dan juga tidak setia. Dan saya takut
jika hal itu terulang kembali dan korbannya adalah saya sebagai istrinya nanti.
Saya tidak mau hal itu terjadi.
Konselor : “ lalu apa yang akan anda
lakukan jika anda tidak menginginkan hal itu terjadi? (checking out)
Konseli : “saya ingin memutuskan
hubungan dengannya, saya ingi melupakannya.saya sadar ini tidak baik..karena
saya akan menyakiti istri dan anaknya dan saya tidak akan kuat jika saya akan
jadi cemoohan masyarakat. Tapi bagaimana caranya? Saya pasti susah melupakan
karena saya sangat mencintainya.
Konselor :” jika anda ingin mengakhiri
hubungan dengan pria itu maka berkomitmenlah dalam diri anda untuk mengakhiri
dan bicarakan hal ini dengan baik kepada pria tersebut.”masalah anda sangat
mencintai? menCintai pria memang kebutuhan tetapi jika itu tidak terpenuhi kita
tidak akan apa-apa.semua itu akan hilang seiring berjalannya waktu.” (summarizing)
Konseli :” ya ,bu’”..
Konselor : “baiklah, kira-kira apa rencana
sementara anda sebagai pegangan untuk tindakan selanjutnya?(checking out)
Konseli :” pertama, saya aka berbicara
kepada pria itu untuk mengakhiri hubungan kami. Kedua, saya akan menghilangkan
benda-benda yang dapat mengingatkan saya pada dia. Ketiga, saya akan
memperpadat aktivitas saya agar bisa melupakannya.”
Konselor :” itu tindakan yang luar biasa.
Sebelum kita tutup pembicaraan ini, bagaimana perasaan anda setelah kita
berdiskusi, atau apa kesimpulan anda?(
refleksi perasaan)
Konseli :” saya sedikit lega, saya jadi
sadar dan saya tahu apa yang harus saya lakukan agar masalah ini tidak semakin
besar.
Konselor :” apakah masih ada yang ingin
anda sampaikan?”
Konseli :” saya kira cukup bu’.
Konselor :”bagaimana kalau kita tutup
pembicaraan ini, dan saya mengucapkan terimakasih atas kesediaan anda.”
Konseli :” sama-sama”.
PERSPEKTIF TEORITIK PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR
Anak berkesulitan belajar memerlukan program pelayanan remedial.program remedial hendaknya dilaksanakan olehguru khusus yang memiliki keahlian dalam bidang pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.sebelum memberikan pengajaran remedial,guru perlu lebih dahulu menegakan diagnosis, yaitu menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta alternatif strategi pengajaran remedial yang efektif dan efisien.
Ada tujuh langkah yang hendaknya
diikuti oleh guru dalam menegakan diagnosis kesulitan belajar,yaitu (1)
identifikasi, (2) menentukan prioritas anak yang perlu diberi pelayanan
pengajaran remedial, (3) menentukan potensi, (4) menentukan taraf kemampuan
dalam bidang yang perlu diremidasi, (5) menentukan gejala kesulitan, (6)
menganalisis faktor yang terkait, dan (7) menyusun rekomendasi untuk pengajaran
remedial.
Ada
sembilan prinsip diagnosis kesulitan belajar yang perlu diperhatikan, yaitu (1)
terarah pada perumusan metode perbaikan, (2) efisien, (3) penggunaan catatan
kumulatif, (4) memperhatikan berbagai informasi terkait, (5) valid dan
reliabel, (6) penggunaan tes baku (kalaw mungkin), (7) penggunaan prosedur
informal, (8) kuantitatif, dan (9) berkesinambungan.
KESULITAN
BELAJAR KHUSUS
Ø Gangguan Perkembangan Motorik Dan
Perseptual
1.
Gangguan Perkembangan Motorik
Gangguan perkembangan motorik dapat
menyebabkan kesulitan belajar.meskipun demikian .tidak semua anak berkesulitan
belajar memperlihatkan adanya gangguan
perkembangan motorik.
Teori Tentang Perkembangan Motorik
a.
Teori pendidikan Jasmani Adaptif :
cratty
Program pendidikan jasmani
adaptif adalah program pendidikan
jasmani yang telah dimodifikasi untuk mempertemukan kebutuhan - kebutuhan anak yang menyandang
ketunaan.tujuannya adalah untuk membantu anak yang menyandang ketunaan
mengambil manfaat kenikmatan aktifitas rekreasi seperti yang diperoleh anak –
anak lain ,yang sangat bermanfaat bagi perkembangan jasmani,emosi dan social
yang sehat.
b.
Teori Perseptual – Motor : Kephart
Teori perceptual – motor menyebutkan
bahwa banyak anak yang belum memiliki pengalaman yang diperlukan untuk
menginternalisasikan suatu skema dunia yang komprehensif dan konsisten.mereka
belum dapat mengorganisasikan system pemrosesan informasi ,dan secara
motorik,perceptual,maupun kognitif,mereka mengalami disintegrasi.
c.
Teori Sensori Integrasi : Ayres
Ayres mengemukakan bahwa fungsi otak
anak berkesulitan belajar dapat dimodifikasi melalui terapi yang memberikan
stimulasi integrasi sensori di dalam otak sehingga anak dapat belajar secara
normal.
2.
Gangguan Perkembangan Persepsi
Persepsi adalah batasan yang
digunakan pada proses memahami dan meninterpretasikan informasi sensoris, atau
kemampuan intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai
indera(lerner,1988:282).
Ø Kesulitan Belajar Kognitif
a.
Hakikat Kognisi
Kognisi
adalah fungsi mental yang meliputi persepsi,pikiran, symbol,penalaran,dan
pemecahan masalah.perwujudan fungsi kognitif dapat dilihat dari kemampuan anak
dalam menggunakan bahasa dan matematika.
b.
Kaitan Antara kesulitan Belajar dengan
Gaya Kognitif
Gaya kognitif berkaitan dengan cara
seseorang menghadapi tugas kognitif,terutama dalam pemecahan masalah.
Ada dua dimensi gaya kognitif yang
memperoleh perhatian paling besar dalam pengkajian anak berkesulitan belajar
yaitu.
1. Gaya
kognitif ketidakterikatan – keterikatan
pada lingkungan
Dimensi gaya kognitif ketidakterikatan – keterikatan pada
lingkungan menunjuk pada kemampuan seseorang untuk membebaskan diri dari
pengaruh lingkungan pada saat membuat keputusan tentang tugas –tugas
perceptual.
2. Gaya
kognitif impulsif dan reflektif
Gaya kognitif impulsive- reflektif terkait dengan penggunan
waktu yang digunakan oleh anak untuk menjawab persoalan dan jumlah kesalahan
yang dibuat anak yang impulsive cenderung menjawab persoalan secara cepat
tetapi membuat banyak kesalahan sedangkan anak reflektif cenderung menjawab
persoalan secara lebih lambat tetapi hanya membuat sedikit kesalahan.secara
umum, anak berkembang dari impulsive ke reflektif. Dengan kata lain ,anak yang
muda umumnya lebih impulsive sedangkan anak yang lebih tua umumnya lebih
reflektif.meskipun demkian, anak berkesulitan belajar umumnyamemiliki gaya
kognitif yang lebih impulsive dari pada anak yang tidak berkesulitan
belajar.karena gaya kognitif yang impulsive itu pula yang menjadi penyebab dari
timbulnya problema yang bukan hanya akademik tetapi juga perilaku. Karena gaya
kognitif yang impulsive tersebut maka anak – anak berkesulitan belajar perlu
memperoleh latihan untuk merespon suatu persoalan dengan menggunakan waktu yang
cukup dan cara yang hati – hati.
c.
Strategi pengembangan kognisi
1.
Strategi pengembangan memori
Ada dua macam memori yaitu memori
jangka pendek dan memori jangka panjang.memori jangka panjang akan terjadi jika
ada pengulangan atau penerapan dalam kehidupan sehari – hari. Memori jangka
pendek dapat diukur dengan menyuruh anak mengamati objek – objek visual atau
auditif dalam waktu singkat,misalnya 20 detik,dan selanjutnya anak diminta
mengingat kembali objek yang baru saja dilihat atau didengarnya itu.
2. Strategi
pengembangan keterampilan metakognitif
Menurut Martin A. Simon (1986 :41)
keterampilan metakognitif merupakan pengetahuan tentang proses kognitif sendiri
dan kemampuan menggunakan proses tersebut.
Anak berkesulitan belajar umumnya
memiliki keterampilan meta kognisi yang rendah.dalam kaitannya dengan meta
kognisi tersebut. Hallahan,Kauffman dan Lloyd (1986:88) merinci adanya metamemory,metalistening, dan metacomprehension. Metamemori berkenaan
dengan pengetahuan tentang proses memorinya sendiri dan penggunaannya;metalistening berkenaan dengan
pengetahuan tentang prose mendengarkan atau cara memperhatikan suatu
pembicaraan yang disampaikan orang lain kepadanya;sedangkan metacomprehension
berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang proses memahami bacaan yang dilakukannya sendiri. Anak berkesulitan
belajar umumnya memiliki keterampilan yang rendah baik dalam metamemori,metalistening,maupun
meta comprehension dalam membaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman,Mulyono.2003.pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.jakarta:Rineka
Cipta.
Langganan:
Postingan (Atom)